Metode anal swab untuk mendeteksi COVID-19 tengah jadi perbincangan berbeda dari tes pada umumnya. Para dokter di Beijing You'an Hospital, China, menyebut metode ini lebih akurat daripada swab nasofaring atau hidung dan pangkal tenggorokan.
Anal swab untuk mendeteksi COVID-19 didasari oleh temuan bahwa virus Corona bertahan lebih lama di saluran pencernaan dibanding di saluran napas. Karenanya, kemungkinan false positive diyakini lebih kecil dengan swab anal.
Apa saja yang perlu diketahui soal anal swab yang dipakai China? Berikut fakta-faktanya:
1. Apa itu anal swab COVID-19?
Swab anal COVID-19 merupakan metode untuk mendeteksi virus yang dilakukan dengan cara memasukkan alat swab 3 sampai 5 sentimeter ke dalam rektum atau dubur. Li Tongzeng dari Rumah Sakit You'an mengatakan, metode tersebut bisa lebih akurat dalam mendeteksi virus dan menurunkan kemungkinan kesalahan diagnosis.
2. Apakah anal swab mendeteksi virus Corona?
China telah meluncurkan teknik metode baru berdasarkan penelitian, bahwa jejak virus Corona dapat bertahan lebih lama di anus dibanding dengan saluran pernapasan.
Dikutip dari laman India Today, Zhang Wenhong dari Rumah Sakit Huashan di Shanghai yang mengatakan bahwa swab anal tersebut dapat membantu meminimalkan risiko kambuh setelah pemulihan.
Pada tahun lalu, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Future Microbiology, sekelompok peneliti China menemukan bahwa beberapa pasien COVID-19 mengalami infeksi virus usus yang aktif dan berkepanjangan. Bahkan ketika mereka tidak menunjukkan gejala gastrointestinal.
3. Siapa yang menerima anal swab?
Metode ini digunakan setelah seorang bocah laki-laki berusia 9 tahun positif terinfeksi varian baru Corona Inggris pada bulan lalu. Sebenarnya metode ini sudah mulai digunakan sejak tahun lalu, tetapi metode swab hidung dan tenggorokan masih digunakan sebagai metode tes Corona paling populer.
4. Mengapa orang-orang diminta untuk melakukan tes anal swab?
Dalam sebuah wawancara dengan seorang reporter dari The Beijing News, dr Li Dong, wakil kepala dokter, Departemen Penyakit Menular di Rumah Sakit You'an Beijing, mengatakan bahwa pada akhir tahun lalu, menjadi jelas bahwa banyak pasien yang reaktif pada saat melakukan tes di tenggorokan dan hidung kemudian mereka menerima hasil positif dari tes anal swab.
Kombinasi metode ini dapat meningkatkan tingkat deteksi dan mengurangi proporsi diagnosis yang terlewat.
Namun, meskipun hasil false negative rendah, proses pendeteksian juga lebih kompleks, sehingga pengujian hanya dilakukan pada populasi tertentu yang untuk saat ini. Termasuk individu yang dikarantina dan orang yang tinggal dan bekerja di zona risiko tinggi.