Ilustrasi – Bagaimana kita menjelaskan deja vu? (Gambar: Pixabay.com)
Ketika melihat peristiwa atau mendengar suara tertentu, pernahkah kalian merasa hal tersebut pernah terjadi di masa lalu? Anehnya apabila ditanya kapan dan dimana hal itu terjadi, kita kesulitan untuk menjelaskannya. Nah, peristiwa seperti itulah yang dikenal sebagai deja vu.
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
Ada mitos, bahwa deja vu terjadi saat kita melihat atau mengalami kejadian yang sama seperti yang pernah kita alami di kehidupan lampau, sebelum “reinkarnasi”. Well, itu hanya mitos belaka dan tentu sulit dibuktikan. Tapi dengan penilitian modern, misteri deja vu mulai bisa dijelaskan.
Fenomena deja vu rupanya erat kaitannya dengan bagian otak yang bernama dentate gyrus. Bagian ini bertanggung jawab untuk menyimpan ingatan-ingatan episodik, alias sepotong-sepotong.
Jadi apabila kita melihat atau mengalami sesuatu, dentate gyrus akan mencatat segala komponennya, seperti bau, warna, suara, waktu dan lain sebagainya yang ditangkap panca indra kita, untuk kemudian dicocokkan dengan ingatan episodik. Apabila tidak ditemukan, maka peristiwa tersebut akan “didaftarkan” sebagai peristiwa baru.
Sedangkan deja vu sendiri terjadi apabila dentate gyrus ini sedang tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Sehingga kita akan merasa melihat sebuah peristiwa yang pernah dialami sebelumnya berdasar kemiripan dari beberapa komponen (bau, warna, suara, dll), padahal sebenarnya tidak.
Sebuah penilitian pernah dilakukan oleh seorang pakar psikologi bernama Kenneth A. Peller dari Northwestern University terkait dengan fenomena deja vu ini. Ken menunjukkan beberapa gambar kepada relawan, namun menyuruh relawan tersebut untuk memikirkan sebuah benda lain di dalam benak mereka.
Jadi misalnya Ken menunjukkan gambar buah apel, dia akan meminta relawannya membayangkan buah durian. Saat menunjukkan gambar binatang ayam, relawan akan diminta membayangkan kerbau. Dan seterusnya.
Nah, setelah beberapa saat Ken menunjukkan gambar kerbau kepada semua relawan. Anehnya, beberapa relawan merasa kebingungan dan ragu-ragu, apakah mereka benar-benar telah melihat gambar kerbau sebelumnya atau hanya memikirkannya.
Hal tersebut akhirnya berkembang menjadi deja vu, yaitu ketika kita kesulitan membedakan apakah peristiwa yang kita lihat benar-benar pernah dialami ataukah hanya ada dalam bayangan, alias angan-angan semata.
Deja vu ini bisa menjadi parah dan sangat mengganggu kehidupan kita sehari-hari. Di Inggris pernah ada seorang penderita deja vu kronis. Orang ini sangat yakin dan bisa menceritakan dengan detail peristiwa-peristiwa yang sebenarnya belum pernah dialaminya. Misal, dia merasa tidak perlu makan karena merasa yakin sudah makan sebelumnya. Kasihan sekali bukan?
Kebalikan dari peristiwa deja vu adalah jamais vu. Berkebalikan dengan deja vu, orang yang mengalami jamais vu merasa sangat yakin bahwa peristiwa yang dialaminya adalah yang pertama kali. Padahal dia jelas-jelas pernah mengalami hal tersebut sebelumnya.