Nomophobia adalah singkatan dari “no mobile phone phobia”, yaitu sindrom ketakutan jika tidak mempunyai (atau tidak memiliki akses ke) telepon genggam. Seorang nomophobia biasanya akan merasa cemas apabila terpisah dengan gadget miliknya. Bahkan ia bisa merasa tidak nyaman saat kehabisan baterai, kuota, pulsa, atau berada di luar jaringan.
YouGov -sebuah organisasi penelitian di Inggris- pada tahun 2010 mempelajari perilaku pengguna ponsel. Studi ini menemukan bahwa sebanyak 53% pengguna ponsel cenderung merasa cemas saat mereka kehilangan ponsel atau berada di luar jaringan internet. 66% populasi manusia telah menderita nomophobia, dengan 77% remaja usia 18-24 tahun. Dan 68% orang dewasa berumur 25-34 tahun. Kini, penderita nomophobia sebanyak 70% wanita dan 66% laki-laki di dunia.
Rata-rata pengguna ponsel mengecek ponsel mereka sebanyak 80 kali per hari. Selain itu, mereka juga akan menggeser layar dan mengklik sebanyak 2617 kali perhari. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata pengguna ponsel adalah nomophobia. Entah sadar atau tidak. Berikut ini adalah tanda-tanda seseorang yang mengalami nomophobia:
Nomophobia akan memaksa seseorang untuk memeriksa ponsel secara terus-menerus. Hal ini dapat berdampak pada pekerjaan seseorang, hubungan, dan aspek kehidupan lain yang seharusnya membutuhkan perhatian. Penderita nomphobia cenderung tidak memiliki fokus yang baik. Ia akan selalu memeriska ponsel entah itu hal yang penting atau bukan. Bukan hal yang tidak mungkin lagi jika ponsel di dekatnya menjadi distraksi besar saat sedang belajar, atau bekerja. Selain itu, penderita nomophobia akan merasa lebih suka membuka jejaring sosial. Seringkali ia mementingkan interaksi di dunia maya dibandingkan dalam kehidupan nyata. Berbagai penelitian telah mendapati adanya hubungan antara ketergantungan terhadap ponsel yang tinggi dan beberapa aspek seperti:
Ada beberapa langkah untuk menghindarkan diri dari nomophobia, diantaranya;
Ada beberapa waktu yang perlu dihormati dengan mematikan ponsel seperti saat makan, belajar, bekerja, bertemu dengan seseorang, tidur, dan lain sebagainya. Hal ini tentu dapat meningkatkan produktivitas jika benar-benar dilakukan.
Sebagian orang seringkali terjebak dengan kehidupan maya hingga mengabaikan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat berdampak buruk misalnya jika sedang berada dalam pertemuan atau obrolan dengan orang lain.
Memeriksa jumlah notifikasi atau pesan yang diterima terus menerus sepanjang hari sangatlah membuang waktu. Lebih baik menggunakan waktu tersebut untuk hal berkualitas.
University of Sheffield mendapati adanya manfaat tertentu dari mematikan ponsel dan memberi perhatian lebih pada kehidupan sosial nyata.
“Ponsel bisa menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh. Be wise to use it!”