Dunia anggrek nusantara semakin ramai dengan spesies-spesies menarik dan unik. Ini berkat penemuan dua anggrek spesies baru yang ditemukan di hutan berlereng di pegunungan Aceh.
Dikutip dari keterangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Penemunya adalah Destario Metusala, peneliti LIPI dari Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Purwodadi.
Kedua anggrek baru itu diberi nama Paphiopedilum lunalum Metusala dan Paphiopedilum bungebelangi Metusala. Keduanya adalah anggrek terestrial yang tumbuh alami di tanah berserasah.
Masing-masing memiliki tangkai perbungaan yang tegak dengan satu kuntum bunga mekar per batang. Panjang tangkai bunga mencapai 28-40 cm.
Destario menerbitkan hasil penelitiannya di jurnal Ediburgh Journal of Botany, pada Maret lalu.
Dari bentuknya, bunga anggrek ini seperti memiliki kantung. Paphiopedilum lunalum punya bunga yang relatif besar dengan kombinasi warnanya mencolok, putih krem, hijau, kekuningan, ungu, cokelat, dan kemerahan.
Benang sarinya berbentuk bulan sabit, sehingga namanya diambil dari bahasa latin Lunatus, yang artinya bulan sabit. Habitatnya di hamparan semak dan hutan berlereng pada ketinggian 1300-1600 meter dpl.
Sedangkan Paphiopedilum bungebelangi memiliki bunga lebih kecil dengan kombinasi warna tak terlalu mencolok. Bentuk mahkotanya yang bergelombang membuatnya unik.
Paphiopedilum bungebelangi tumbuh di habitat berupa hutan berlereng pada ketinggian 1500-1600 m dpl. Nama spesiesnya diambil dari bahasa Gayo “bunge” yang artinya bunga dan “Belangi” yang artinya cantik atau indah.
Untuk kamu ketahui, anggrek dari genus Paphiopedilum termasuk yang dilindungi lho. Dia masuk regulasi Appendix I pada Convention on International Trade in Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora (CITES). Artinya, dia tak boleh dikirim atau diperdagangkan ke luar negeri tanpa izin ketat.