Baju pengantin di seluruh dunia hampir selalu identik dengan warna putih dan turunannya (beige, broken white, putih tulang, pinkish white, dsb). Namun berbeda adanya dengan busana dari adat Jawa tradisional yang ini. Busana pengantin Jawa ini tidak seperti umumnya baju pengantin yang berwarna putih, tetapi justru berwarna hitam.
Warna hitam tidak semata simbol berkabung. Di Jawa beda!
Agak lain dengan busana pernikahan dari daerah lain atau di dunia internasional pada umumnya. Masyarakat Jawa memercayakan warna utama dalam busana pernikahan adalah hitam. Kenapa? Bukan karena si pengantin tengah berkabung atau berduka, melainkan hitam adalah simbol kebijaksanaan dan keluhuran. Diharapkan dengan dipakainya warna hitam, rumah tangga sang pengantin akan senantiasa dilimpahi kebijaksanaan.
Busana adat dari daerah lain misalnya Sumatera, lebih banyak dominan warna keemasan dan merah. Dari Cina dominan warna merah. Serta dari Barat terkenal dengan warna putih yang suci. Di Jawa? Hmm, kita antimainstream, Dab!
Paes Ageng Kanigaran adalah model baju tertutup dari Paes Ageng biasa. Busana ini dibuat dari bahan beludru atau velvet, dengan ornamen warna emas di beberapa tempat. Biasanya, baju ini berwarna hitam. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa warna lain seperti merah bata, biru dan kuning juga bisa dipakai. Meskipun begitu, dari semua warna tersebut, nggak ada yang bisa mengalahkan aura busana warna hitam. Setuju ‘kan?
Baju Solo Putri berciri kebaya dengan karakter mirip dengan Jogja Kanigaran, tetapi berbeda dari sisi riasan wajah dan rambutnya. Solo Putri mengenakan sanggul bokor mengkurep dengan hiasan melati tibo dodo. Warnanya juga berwarna hitam seperti busana pengantin Jawa pada umumnya. Terlihat bijaksana betul ‘kan?
Solo keprabon adalah busana khas Jawa yang merupakan model tertutup dari Solo Basahan. Sang pengantin mengenakan dodot dan ditambah kebaya penutup berwarna (mayoritas) hitam dan hiasan melati. Cunduk mentul yang dipakai pun berbeda dengan busana Solo lainnya.