Home » Kongkow » Tahukah Kamu » Ahli Ungkap Wisata Luar Angkasa Akan Mulai 2018

Ahli Ungkap Wisata Luar Angkasa Akan Mulai 2018

- Selasa, 02 Mei 2017 | 11:00 WIB
Ahli Ungkap Wisata Luar Angkasa Akan Mulai 2018

Tidak lama lagi, luar angkasa mungkin akan menjadi destinasi wisata berikutnya. Para ahli mengungkapkan pada 2018 mendatang, akan jadi tahun wisata luar angkasa. Nampaknya ini merupakan sebuah lompatan besar meski ditengarai harganya yang memang tidak murah.

Biaya peluncuran akan menjadi hambatan terbesar. Satu langkah untuk menurunkan biaya dari tujuh digit menjadi enam, atau enam menjadi lima adalah membuat roket yang tidak berakhir menjadi sampah luar angkasa.

"Wisata luar angkasa masih eksklusif untuk para milyarder, punya kendaraan yang bisa digunakan lagi dan lagi dengan tingkat kegagalan rendah akan jadi hal penting untuk industri ini," kata profesor Fakultas Fisika dan Astronomi, Universitas British Columbia, doktor Jaymie Matthews seperti dikutip dari CBC, pada Minggu (30/4).

Perusahaan SpaceX milik Elon Musk telah menjejakkan langkah lebih dekat dengan wisata luar angkasa. Bulan lalu mereka sukses menggunakan kembali sebuah orbit-class booster atau bagian termahal sebuah roket, yang mana mendarat dengan sendirinya pada landasan di samudera.

Pendiri Amazon, Jeff Bezos dengan perusahaannya Blue Origin meluncurkan dan mendaratkan roket New Shephard. Roket tanpa awak ini berhasil meluncur ke luar angkasa sebanyak lima kali dalam sebuah tes penerbangan. Namun, sulit untuk mengetahui tingkat keamanan perjalanan ruang angkasa hanya dari peluncuran roket.

"Bayangkan efek bencana pada wisata luar angkasa, timbul malapetaka pada pariwisata, seperti tragedi bagi keluarga. Itu akan membunuh industri pariwisata luar angkasa," kata profesor mekanik dan teknik penerbangan Universitas Carleton, Alex Ellery.

Kedua perusahaan belum meluncurkan roket dengan penumpang di dalamnya. SpaceX berencana mulai mengirim astronot ke International Space Station (ISS) tahun ini.

"Wisatawan harus percaya diri mereka akan kembali dari perjalanan mereka. Seiring meningkatnya angka keberhasilan peluncuran, begitu pula dengan kepercayaan diri wisatawan dan masalah teknis diselesaikan oleh teknisi," kata Ellery.

Perusahaan Space Adventure sudah membentuk tujuh penerbangan ke luar angkasa, tanpa bencana. Warga dilaporkan membayar US$20 hingga US$40 juta atau Rp266 M untuk terbang ke ISS dengan pesawat ruang angkasa milik Soyuz Rusia.

Regulasi Tak Mengimbangi Inovasi

Wisata luar angkasa semakin dekat, tapi regulasi di balik inovasi ini masih jauh tertinggal. Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat, yang mengeluarkan lisensi, mengambil 'pendekatan secara relatif'.

Hal ini diungkapkan oleh peneliti tentang hal-hal yang berhubungan dengan ruang angkasa dan astronot dan dosen di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Charles Oman. Ia khawatir euforia di sekeliling wisata luar angkasa menutupi bahaya potensial, dan tidak ada perlindungan bagi wisatawan.

"Untuk sekarang FAA meminta, hanya partisipan yang diberi penjelasan soal resiko oleh perusahaan penerbangan luar angkasa yang menjual tiket," katanya.

"Siapa yang bisa benar-benar objektif untuk menginformasikan pembeli bagaimana keamanannya?"

Charles berkata ia ingin melihat para wisatawan mendiskusikan keputusan mereka untuk terbang dengan perusahaan yang berkualifikasi, pihak independen yang memverifikasi partisipan untuk menyadari resiko yang jauh lebih besar dibanding perjalanan udara lainnya.

Ke Bulan dan Kembali

Richard Branson dengan perusahaannya Virgin Galactic adalah perusahaan pertama pembuka gerbang wisata luar angkasa pada 2004. Virgin Galactic terpaksa 'runtuh' akibat tragedi percobaan penerbangan pada 2014 yang membunuh satu pilot dan melukai lainnya.

Para ahli belum memperhitungkan perusahaan ini dengan tepat, karena belum lagi soal daftar tunggu sebanyak 700 orang yang masing-masing sudah membayar US$250 ribu atau Rp3 miliar lebih.

Lalu tepatnya, apa itu perjalanan ke luar angkasa?

Sejauh ini, perjalanan ke luar angkasa berarti membaw penumpang ke Karman Line, hampir 10 kali perjalanan ke Paris. Wisatawan sampai pada batas luar angkasa, mengalami ruang tanpa gravitasi selama beberapa menit dan kembali lagi. Itu seperti naik roller coaster.

"Di mana puncak roller coaster lebih dari 100 kilometer di atas permukaan bumi," tambah Jaymie.

Elon Musk sudah mengatur langkah yang lebih jauh, ke bulan, di mana ia berkata ia mengirim dua pelanggan dalam penerbangan pada 2018.

Maxim de Jong percaya wisata luar angkasa semakin dekat, dia membangun hotel luar angkasa. Perusahaan miliknya, Thin Red Line Aerospace yang berbasis di British Columbia, jadi yang terdepan untuk urusan tempat tinggal di ruang angkasa. Mereka sukses mendesain dan membangun balon tempat tinggal pertama untuk perusahaan AS, Bigelow Aerospace. Genesis 1 dan 2, diluncurkan pada 2006 dan 2007, masih dalam orbit dan lama-kelamaan akan terbakar.

"Masalahnya selalu soal ketersediaan kendaraan peluncur yang terjangkau, ini yang menghambat segala sesuatu selama bertahun-tahun. Dan kini kami semacam di ambang kemungkinan yang nyata," kata Maxim.

Desain milik Maxim juga digunakan untuk "struktur barang lunak" (tembok) untuk BEAM, tempat tinggal pertama manusia yang dapat diperluas, yang diluncurkan pada April 2016 dan melekat pada ISS. Selama lebih dari dua tahun, astronot melakukan uji kelayakan BEAM sebagai hunian.

Maxim berkata teknologi adalah suara.

"Jadi anda bisa meluncur, anda melompat dan anda menuju hotel yang bagus ini," katanya.

Dia juga bekerja untuk sistem penguncian udara NASA dan mengirim penumpang di antara pesawat ruang angkasa dan hunian.

Sementara itu, Alex melihat nantinya penerbangan ke luar angkasa bisa dilakukan dengan biaya sekitar US$10 ribu - US$20 ribu atau Rp266 M.

"Saya pikir kita tinggal dalam waktu yang sangat menarik yang mana luar angkasa tidak lama lagi menjadi suaka eksklusif bagi beberapa orang beruntung," ucapnya.

"Ketika harga turun hingga kapasitas keuangan orang pada umumnya, saya ingin bergabung."

Cari Artikel Lainnya