Sebagai pecinta buku, pecinta kata-kata, pecinta karya. Aku terlampau kecewa mengalami hal ini untuk yang pertama kali. Selain karena merasa kena tipu, lebih kepada pembajakan itu sendiri. Aku tahu benar, dalam membuat sebuah karya bukan suatu pekara mudah. Banyak waktu dibutuhkan untuk mencari ide, banyak waktu dibutuhkan untuk melakukan riset, banyak tenaga dan pikiran tercurah di sana. Tidak hanya butuh waktu sekedar satu atau dua hari saja dalam menulis, tapi butuh berbulan-bulan bahkan dalam hitungan tahun untuk menghasilkan satu karya saja.
Dengan menulis artikel ini, aku tidak bermaksud menjelekkan pihak manapun (kebetulan sekali novel bajakan yang saya beli berjudul Dear Nathan). Hanya saja, akan terlalu jelek jika aku memendam ini sendirian. Aku hanya ingin berbagi pengalaman agar hal serupa tidak terulang juga pada kalian.
Begini ceritanya...
Semuanya bermula dari kunjunganku ke sebuah bazar buku belum lama ini, di suatu kota karena melihat 'bazar buku murah'. Begitu membaca, mendengar atau diberitahu orang lain, apa pun acara yang berkaitan dengan buku, minatku terlalu berapi-api terhadapnya. Jadi, biasanya aku selalu menyempatkan waktu untuk berkunjung, dan yang namanya perempuan, sepertinya ada hal yang ganjil kalau pulang dari bepergian dengan tangan kosong alias nggak beli apa-apa. Alhasil, aku gagal menahan diri, pundi-pundi uang di dompet selalu rela ku kuras untuk membawa pulang anak-anak kesayangan (baca: novel atau buku, komik kadang-kadang), tapi dalam kasus kali ini adalah novel. Bazar tersebut lumayan lengkap dan mengikuti tren. Banyak judul novel lama dan baru semuanya ada. "Surga dunia!" batinku.
Rasa bahagia ini semakin berkembang ketika menyadari bahwa harga novel-novel tersebut memang murah, sesuai dengan yang tertera. Singkat cerita, aku membeli lima novel dengan harga Rp 155.000. Cukup terkejut, tapi rasa bahagia menutupi rasa curiga. Toh secara fisik semuanya tampak sama, juga bersegel plastik dan segelnya rapi.
Keesokan harinya, kegiatan membuka segel sampul plastik novel baru merupakam kenikmatan tersendiri buatku setiap kali selesai membeli novel baru. Tercium aroma kertas yang khas menguak. Novel pertama yang kubuka adalah novel terjemahan dan keadaannya baik-baik saja. Novel kedua yang kubuka adalah novel lama yang sudah beberapa waktu lalu aku cari-cari dan keadaannya juga masih baik-baik saja. Sampailah pada novel ketiga yang masih termasuk dalam kategori 'baru' dan keadaannya BURUK SEKALI. Begitu lihat dari halaman pertama saja sudah langsung tampak dan menimbulkan rasa curiga yang semakin besar. Dengan perasaan campur aduk dan tidak sabar aku langsung memeriksa keseluruhan isinya dan terdapat satu kesimpulan bahwa itu adalah NOVEL BAJAKAN!
Berhati-hatilah saat berkunjung ke 'bazar buku murah', aku juga baru pertama kali masuk karena biasanya ya ke toko buku. Maka berikut akan aku ulas 8 ciri novel bajakan supaya kamu tidak mengalami hal serupa. Yuk disimak!
Cover novel 'kebanyakan' licin. Nah, cover pada novel bajakan tampak dop, kesat, tidak licin, dan lapisan plastik pada cover novel dapat mengelupas.
Bisa dilihat pada gambar. Di cover-nya jelas tertera tulisan BONUS POSTER, kenyataannya?
Lihat dan perhatikan bagian pinggiran buku. Cara merekatkan cover dengan isian novel sangat tidak rapi (kalau pas segel sampul plastik belum dibuka sama sekali tidak kelihatan, kelihatannya mulus2 aja. Atau mungkin karena belum pernah mendapati novel bajakan sebelumnya aku jadi gampang terkecoh ya? Huhuhu…).
Hanya dari halaman pertama saja, setelah cover, sudah terlihat warna tulisannya pudar dan kualitas kertas tidak bagus – kertasnya abu-abu yang biasa disebut buram. Berbicara mengenai buram, sebenarnya banyak juga yang mengenakan kertas buram untuk novel asli, tapi tetap kualitas kertas buramnya terasa mana 'buram' mana 'daur ulang'.
Banyak dan mungkin hampir di setiap halaman tidak mulus, terdapat bercak dan nosa hitam di sisi-sisi halaman yang sangat mengganggu untuk dibaca. Hasil 'fotocopy'! Parah gak nih?
Isi tulisan bisa miring2, mungkin motong kertasnya asal2an setelah selesai di-fotocopy. Coba perhatikan pada gambar.
Beberapa halaman hilang, bab-nya juga ada yang kacau (baca: tidak runtut), bahkan ada yang halamannya terbalik seperti tampak pada gambar.
Sebenarnya hampir nggak mungkin lima novel bisa di dapat dengan harga hanya Rp 155.000, tapi namanya manusia kadang nggak menyangka aja lagi kena tipu karena maunya murah melulu.