Berkunjung ke Jawa Timur tentu tak lengkap rasanya tanpa melihat rumah Joglo. Hunian satu ini merupakan salah satu rumah adat di Indonesia yang paling dikenal. Tapi ternyata, joglo bukan satu-satunya hunian adat dari Jawa Timur, lo. Ada beberapa jenis dan gambar rumah adat Jawa Timur lainnya yang tak kalah filosofis.
Tahukah kamu, rumah Joglo Jompongan disebut sebagai dasar dari rumah adat Joglo. Hunian ini memiliki denah bujur sangkar dan menggunakan dua buah pengerat di bangunan. Sementara Joglo Sinom dibangun dengan tiang penyangga sejumlah 36 buah.
Diantara seluruh tiang tersebut, hanya ada empat tiang utama atau saka guru Kemudian, di sisi bangunan kamu bisa melihat teras mengelilingi hunian tersebut. Kedua bangunan ini tentu saja dilengkapi dengan atap tradisional yang disebut sebagai atap Joglo.
Hunian ini memiliki rupa yang sama dengan Joglo yang merupakan rumah adat di Jawa Tengah. Hanya penyebutan namanya saja yang berbeda, di mana masyarakat Jawa Timur menyebutnya sebagai Joglo Situbondo. Bentuknya limas atau dara gepak, dengan kayu jati sebagai material utama bangunan. Keunikan rumah adat Jawa Timur ini adalah, ia melambangkan kepercayaan Kejawen yang berakar pada sinkritisme. Tata ruangnya merupakan bentuk representasi dari keharmonisan sesama manusia dan manusia dengan lingkungannya. Di mana bangunan terbagi menjadi area depan berupa pendopo dan badan rumah yang terbagi menjadi:
Sementara pondasi, jumlah saka guru/tiang utama, bebatur/tanah yang diratakan, serta ornamen dalam interiornya menunjukkan kepribadian masyarakat sekitar. Tak hanya itu, di bagian depan rumah, sebelum masuk ruang utama, kamu akan melihat makara atau selur gelung. Ini merupakan pintu dengan hiasan yang diyakini dapat mengusir hal negatif agar tak masuk ke dalam hunian.
Jika berkunjung ke desa Kemiren di Banyuwangi, kamu akan merasa seperti dibawa melintasi ruang waktu. Pasalnya, bangunan-bangunan di sana masih dijaga keasliannya seperti hunian tradisional tempo dulu. Nama rumah adat ini adalah Using, yang terbagi menjadi tiga jenis bangunan yakni:
Untuk pembagian ruang, ketiganya sama-sama memiliki empat ruang yakni hek/baleh (pembatas), ampet (teras), jerumah (ruang tengah), dan pawon (dapur).
Rumah adat suku Tengger menambah ragam rumah ada di Indonesia. Keunikan rumah adat Jawa Timur satu ini yakni, bangunannya terlihat terjal dengan bubungan atap yang tinggi dan hanya ada 1-2 jendela. Material utama pembentuk bangunan adalah papan atau batang kayu. Di bagian depan rumah, kamu bisa melihat bale-bale menyerupai dipan yang menjadi tempat untuk duduk.
Suku Tengger membangunnya di lereng Gunung Bromo dengan pola tak teratur dan bergerombol. Jarak antar rumah juga saling berdekatan, hanya dipisahkan oleh jalur pejalan kaki yang sempit. Ini dilakukan sebagai upaya menghalau serangan cuaca dingin dan angin pegunungan.
Berikutnya, ada rumah adat Dhurung yang tampak seperti saung, tanpa bambu atau kayu sebagai dindingnya. Sementara atapnya tampak besar dan tinggi, dibuat dari rumbai daun pohon dheum. Bangunan ini bisa dibilang merupakan tempat duduk atau tempat beristirahat masyarakat setelah bekerja di sawah. Tak hanya itu, Dhurung juga digunakan sebagai tempat untuk bersosialisasi dan bahkan mencari jodoh.
Oleh sebab itu, bangunan ini umumnya diletakkan pada area samping atau depan rumah. Uniknya, jika Dhurung dibuat berukuran besar, bangunan ini juga digunakan sebagai lumbung padi. Lengkap dengan jhelepang atau jebakan penangkap hama tikus Sayangnya, kini Dhurung sudah semakin sulit ditemukan di Jawa Timur.
Familiar dengan istilah rumah limasan? Ini merupakan nama rumah adat di Jawa yang dikenal memiliki bentuk limas atau persegi panjang.
Namun, limasan lambang sari memiliki keuninak tersendiri dibanding bangunan lain dengan konsep serupa. Keunikan rumah adat Jawa Timur ini yakni, konstruksi pembentuk atapnya berupa balok penyambung. Kemudian, kamu bisa menemukan tiang rumah sejumlah 16 buah dan atap dengan empat sisi.
Jika diperhatikan dengan cermat, keempat sisi atap ini dihubungkan oleh satu bubungan yang kuat. Pondasinya sendiri berbentuk umpak, yakni alas tiang bangunan yang terbuat dari batu. Dengan purus di tengah tiang bawah untuk mengunci tiang bangunan.
Rumah adat Limasan Trajumas Lawakan merupakan modifikasi atau perkembangan dari Limasan Trajumas. Hunian ini dibangun dengan material kayu kuat seperti jati, sosnokeling, glugu, dan lainnya.
Perbedaan bangunan ini dari pendahulunya yakni, ada emperan di sekeliling bangunan. Setiap emperan memiliki atap dengan derajat kemiringan yang berbeda dari atap utama. Di tengahnya ada tiang yang membentuk rong-rongan di bagian dalam bangunan.
Atap utama sendiri terdiri dari empat sisi, yang tiap sisinya bersusun dua. Kemudian, kamu bisa melihat 20 tiang yang menjadi struktur utama bangunan berjajar dengan rapi. Sehingga bangunan tampak simetris dan stabil.