Dua atau tiga tahun lalu, ketinggalan dompet dan kartu ATM adalah bencana. Jika tak bawa uang tunai pun kartu ATM, mau bayar dan belanja pakai apa?
Tapi sekarang, asal ponsel di tangan dengan berbagai aplikasi keuangan hidup bisa berjalan seperti biasa.
Tapi kemudahan ini sebanding dengan pengorbanan yang mesti kita waspadai. Apakah kamu punya kebiasaan-kebiasaan pakai uang digital macam ini? Kalau iya jangan heran kenapa uang tabunganmu tak akan terkumpul walau sudah bekerja keras sampai puluhan tahun.
Salah satu cara akuisisi pengguna yang dilakukan oleh produk keuangan digital adalah memberikan cashback bagi penggunanya. Belanja Rp 100.000,00 dapat cashback atau kembalian cuma-cuma sebesar Rp 20.000,00. Siapa yang tidak ngiler?
Tapi ini pulalah yang membuat kita tanpa sadar membelanjakan uang melebihi bujet. Rasa menantang, senang mendapatkan cashback jadi candu. Yang ada di kepala, “Lumayan kan nanti cashbacknya buat belanja yang lain…..”
Hm. Padahal seharusnya kalau mau belanja yang lain itu menabung dulu bambaaanggg— bukannya cari cashback.
Walau terkesan kuno, kebiasan memegang uang secara langsung sesungguhnya memberimu pengalaman berbelanja secara 'sadar'.
Sedari dulu kita dilatih untuk mengikuti pola berbelanja yang sebenarnya sederhana.
Kebiasaan menggunakan produk keuangan digital bisa membuatmu makin kehilangan kesadaran berapa uang yang sebenarnya kamu miliki. Akhirnya? Bablas bossss, boncos deh di akhir bulan.
Jatuh miskin karena ngopi-ngopi cantik sekarang makin nyata ancamannya. Puluhan tawaran potongan harga dari aplikasi menggoda untuk dijajal. Toh harga segelas kopi nggak begitu mahal karena dapat potongan.
Ok Rp 15.000,00 x 30 hari = Rp 450.000,00
Kalikan 12 bulan. Rp 5.400.000,00 sudah melayang dari tabungan.
Untuk mendapatkan potongan harga atau cashback, ada jumlah minimum belanja yang harus dicapai.
Siapa yang sering jajan berjamaah dengan teman kost atau teman kantor supaya bisa dapat diskon?
Siapa yang sampai sekarang lupa apakah temanmu sudah bayar atau belum? Kita senasib.
The basic rule of every purchase is: you can only spend with what you HAVE. Kamu hanya boleh belanja dengan uang yang sudah kamu miliki.
Kecuali kamu keluarga Bakrie yang nggak usah pusing memikirkan soal kebutuhan mendadak bulan depan.
Kemudahan beli duluan, bayar belakangan (dengan cara dicicil pula) — membuatmu kehabisan uang sebelum gaji selanjutnya datang.
Jika begini terus lama kelamaan kamu akan tenggelam dalam pasir hisap cicilan yang tak habis-habis, karena tak sesuai dengan pemasukanmu.
I know we are glued to our phone to work, to connect with people, to show the world what we are up to. The sad truth is, we are tend to forget that we dont need our phone to celebrate life and to be happy. More importantly, we dont need to spend and splurge to enjoy life.
Bahagia itu bukan cuma dari cashback, poin yang bisa ditukar pulsa atau minum es kopi yang belum pernah kamu coba.
Harusnya kita bisa merasa cukup dengan apa yang sudah kita lakukan. Bukan dari seberapa banyak uang (yang belum tentu kita punya) yang bisa kita belanjakan.