Disadari atau tidak, kita terkadang mengeluhkan banyak hal mengenai pekerjaan yang terasa melelahkan, monoton, atau kerap berkeluh-kesah tentang gaji bulanan yang pas-pasan hingga kita lupa mengucap syukur.
Semoga 5 motivasi sederhana dibawah ini bisa menginspirasi kita tentang hal bekerja, lebih mencintai, dan lebih mensyukuri apa yang kita miliki saat ini.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, tak terkecuali para penyandang disabilitas. Meski memiliki keterbatasan fisik, tak sedikit dari mereka yang sanggup mendulang sukses berkat kerja keras, semangat yang tinggi, dan kedisiplinannya melatih diri.
Kenyataan ini seolah-olah menampar kita para pemalas yang hanya mengandalkan kekuatan fisik dan reputasi semata. Nah, jika orang yang memiliki keterbatasan fisik saja merasa harus bekerja demi prestasi dan sesuap nasi, apalagi kita yang memiliki fisik kuat dan sempurna?
Menjadi anak orang kaya tentunya sangat menyenangkan. Ingin ini dan mau itu bisa saja dibeli dan tak pernah merasa kekurangan. Tapi sadarkah kita, bahwa ada banyak anak-anak orang tajir didunia ini yang mau keluar dari zona nyaman mereka demi pekerjaan, bahkan rela memulai usaha dari nol tanpa bantuan orang tua?
Kekayaan orang tua mungkin sedikit mempengaruhi. Tapi hasil dan bagaimana cara mereka berproses ditentukan sendiri oleh si anak. Jika anak orang kaya saja masih bersusah payah bekerja, bagaimana dengan kita yang berasal dari keluarga yang pas-pasan dan berkekurangan?
Hidup memang keras bagi orang-orang yang tidak mau bersyukur dan berusaha. Namun bagi seseorang yang berusaha menikmati hidup, tak ada alasan yang bisa menghalanginya untuk bekerja sekalipun terkendala kelemahan fisik akibat faktor usia.
Begitupun para orang tua atau kakek nenek kita yang masih mau bekerja meski usia tak lagi muda. Ada yang bekerja karena himpitan ekonomi, namun ada pula yang sebenarnya cukup dari segi materi tapi tak ingin menyia-nyiakan masa tua mereka atau berdalih tak mau menyusahkan anak dan cucu. Nah, bagaimana dengan kita yang masih muda, sehat, tapi memiliki lebih banyak kebutuhan?
Ibu rumah tangga tentu identik dengan pekerjaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan rumah. Seperti kegiatan bersih-bersih, memasak, mengasuh anak, mengurus suami hingga mengatur keuangan dan lain-lainnya.
Ditengah-tengah kesibukannya, seorang ibu rumah tangga rupanya masih sanggup bekerja untuk membantu penghasilan suami, atau hanya sekedar mengisi waktu luang tanpa melupakan tugasnya sebagai seorang istri juga ibu. Lalu bagaimana dengan kita yang masih lajang tapi memiliki seabrek kebutuhan pribadi?
'Sarjana tapi pengangguran' merupakan kalimat yang tidak asing lagi ditelinga. Mungkin karena lowongan pekerjaan memang tak ada, atau karena mereka sendiri yang tak serius mencari pekerjaan serta merasa enggan menggunakan skill yang ada untuk membuka usaha sendiri secara mandiri.
Tapi ternyata, tak sedikit orang bergelar sarjana yang mau bekerja diluar profesi akademiknya lho. Selagi halal dan hasilnya mampu memenuhi kebutuhan, kenapa tidak? Jadi, bagaimana dengan kita yang tanpa gelar akademik tapi malah suka mengeluh dan sibuk memilih-milih pekerjaan yang belum tentu kita sanggup mengerjakannya?