Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia sejak masa pra sejarah hingga saat ini. Begitu juga dengan Indonesia, pertanian tidak bisa dilepaskan dari kehidupan karena Indonesia sampai saat ini masih merupakan negara agraris.
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, para inventor pun menemukan berbagai cara untuk terus mengembangkan pertanian berbasis teknologi mutakhir. Berikut adalah 5 temuan inovatif teknologi pertanian :
Drone yang biasanya digunakan untuk mengabadikan foto, kini telah beralih fungsi bagi para petani. Sekelompok pemuda yang tergabung dalam Temanggung Aeromodeling Club (TMGAC) menciptakan drone untuk pertanian.
Drone yang mereka ciptakan itu diberi nama "Hope". Hope dapat membantu menyemprotkan pestisida di lahan sawah dengan lebih cepat dan efisien. Sawah seluas satu hektare dapat disemprot hanya dalam waktu kurang dari 30 menit. Penggunaan drone sawah ini juga dinilai lebih ramah lingkungan karena operator tidak mudah terpapar cairan pestisida yang berbahaya bagi kesehatan.
“Tinggal jepret foto tanaman pakai ponsel, penyakitnya langsung ketahuan” itulah kalimat yang cocok untuk penemuan yang satu ini. Bayangkan saja, hanya dengan mengambil gambar bagian sebuah tanaman, kita sudah bisa mengetahui status kesehatan tanaman tersebut. Bianca Kummer, pendiri Plantix, mengatakan hampir setiap jenis penyakit tanaman ada pola visualnya, apakah itu bakteri, virus, kekurangan nutrisi, serangan hama, hingga jamur.
Dengan bantuan bank data dan pembelajaran mesin, algoritma pola-pola tersebut dapat diajarkan pada kecerdasan buatan sehingga penyakit tanaman bisa dideteksi. Namun, bagaimanapun aplikasi ini punya kelemahan. Bianca mengungkap bahwa tingkat keberhasilan Plantix dalam mengenali jenis penyakit tanaman mencapai 80% sampai 90%.
Leaf Republic startup dari Jerman menciptakan piring ramah lingkungan, terbuat dari daun dan dapat bertahan hingga satu tahun. Daun sangat mudah terurai di tanah, serta dapat mengurangi sampah plastic yang selama ini menjadi momok dalam proses penguraian. Umumnya, piring yang digunakan untuk mengemas makanan terbuat dari sterofoam yang sangat sulit terurai jika dibuang.
Hal inilah yang menjadi alasan bagi perusahaan Jerman Leaf Republic untuk menciptakan piring dari daun agar mudah terurai saat dibuang ke tempat sampah. Piring keren ini terbuat dari tiga lapisan daun yang dijahit dan disatukan menggunakan serat kelapa serta kertas daun.
Tidak ada bahan kimia, plastik, ataupun zat aditif yang digunakan dalam proses pembuatannya. Satu hal yang menarik dari piring ini adalah bisa dicuci dan digunakan kembali hingga satu tahun. Bahkan, piring ini aman digunakan dalam microwave. Jika piring ini dibuang, tidak sampai satu bulan akan terurai di tanah karena terbuat dari daun.
Merasa bahwa penghematan energi adalah hal penting untuk dilakukan? Maka sepertinya Anda akan tertarik dengan sebuah penemuan dari MIT yang satu ini. Peneliti dari MIT berhasil menciptakan tanaman bercahaya yang bisa digunakan untuk mengganti fungsi lampu yang kini umum digunakan.
Untuk menghasilkan tanaman yang bercahaya tersebut, tim peneliti MIT menggunakan luciferase, (zat yang memberikan cahaya pada kunang-kunang). Lalu, mereka membuat nanopartikel yang mengandung luciferase, juga luciferin dan coenzyme A, untuk menghasilkan efek yang diinginkan.
Kemudian, tanaman direndam di larutan yang mengandung partikel-partikel tersebut dan mengeksposnya pada tekanan tinggi. Hasilnya, tumbuhan dapat menyinari harimu selama kurang lebih empat jam.