Umumnya orang mengoleksi baju, buku, ataupun benda-benda remeh lainnya. Namun, Welin Kusuma memilih untuk mengoleksi gelar akademik. Sementara kita semua mungkin kepayahan menyusun skripsi untuk mendapatkan satu gelar, Welin Kusuma sudah punya 32 gelar akademik. Dilansir dari VICE, gelar itu terdiri dari 11 gelar akademik, 3 gelar S2, dan 18 gelar profesi. Wow, nggak mumet apa ya?
Apa sih yang membuat Welin betah banget belajar? Padahal kuliah kan banyak tugas-tugas, paper, dan pastinya harus menyusun tugas akhir. Apalagi Welin juga bekerja. Terus, kapan belajarnya? Kapan istirahatnya? Yuk, coba simak cerita Welin Kusuma, pria dengan 32 gelar dalam waktu 20 tahun kuliah. Siapa tahu kamu akan terinspirasi dan termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi.
Tahun 1999 adalah kali pertama Welin duduk di perguruan tinggi. Ia mengambil jurusan Teknik Industri di Universitas Surabaya dalam kurun waktu 1999 – 2004. Namun, menurut akun Linkedinnya, dalam kurun waktu tersebut, Welin juga menempuh pendidikan di jurusan lain. Misalnya jurusan Administrasi Bisnis di Universitas Terbuka (2002 – 20050), Manajemen Keuangan di STIE Urip Sumoharjo (2001 – 2008), Hukum di Universitas Airlangga (2002 – 2008), dan Sastra Inggris di Universitas Kristen Petra (2003 – 2008). Bisa kebayang nggak sih gimana hebohnya kehidupan perkuliahan Welin?
Di tahun 2012 lalu, tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai pria dengan gelar akademik terbanyak. Saat itu, gelar Welin baru 18. Saat ini, gelar Welin sudah bertambah menjadi 32 gelar. Apabila ditulis semuanya, mukin begini penyebutan gelarnya: Welin Kusuma, S.T., S.E., S.Sos., S.H, S.Kom., S.S., S.Ap., S.Stat., S.Akt., S.I.Kom., S.I.P., M.T., M.S.M., M.Kn., RFP-I, CPBD, CPPM, CFP, Aff.WM, BKP, QWP, CPHR, ICPM, AEPP, CBA, CMA, CPMA, CIBA, CBV, CERA, CSA, ACPA.
Semoga Welin tidak mencantumkan semua gelarnya saat membuat undangan pernikahan. Kasihan desainer dan tukang percetakannya nanti~
Pertanyaan kedua: kok bisa sih Welin menjalani perkuliahan sebanyak itu dan tetap waras-waras saja? Sementara kita kadang mentok di satu bagian saat menyusun skripsi. Pun saat dapat jam kuliah di pagi hari harus bergulat dengan rasa malas terlebih dahulu. Di sini, mungkin kita bisa meniru semangat Welin. Baginya, kuliah adalah hobi dan ia mengaku sudah suka belajar sejak kecil. Karena hal itu memberinya pengetahuan baru, yang bisa juga digunakan untuk membantu orang lain.
“Kuliah bagi saya adalah hobi. Benar-benar saya menikmati kuliah tersebut. Karena saya yakin karena berkuliah tersebut saya akan mendapat pengetahuan-pengetahuan baru di mana pengetahuan itu akan berguna bagi saya baik sekarang maupun di kemudian hari,” ungkap Welin kepada CNN Indonesia.
Wah, kalau begitu, supaya tetap semangat kuliah dan termotivasi untuk menulis skripsi, mungkin harus mulai dengan menyukai apa yang kita lakukan itu. Menikmati setiap prosesnya, supaya ilmunya juga meresap dan berguna di kemudian hari.
“Gelar tidak menentukan yang penting performance dalam bekerja. Yang saya tahu jika kuliah sudah disiplin maka tentunya dia juga akan disiplin,” ungkap Welin kepada CNBC Indonesia.
Selembar ijazah memang bisa dijadikan bekal untuk ke mana-mana. Mulai dari mencari pekerjaan, sampai mencari beasiswa untuk kuliah di jenjang berikutnya. Namun, ijazah perlu dibarengi dengan ilmu yang mumpuni, keahlian bidang yang teruji, serta soft-soft skill lainnya. Di dunia kerja, itulah yang akan menentukan kesuksesan seseorang.
Sebelumnya sempat viral juga seorang dosen di Universitas Tarumanagara yang bernama Yenita, yang memiliki 13 gelar akademik. Gelar itu terdiri dari 1 gelar sarjana, 10 gelar master, dan 2 gelar doktor. Dosen Yenita mengaku kepada Tempo.co bahwa setiap disiplin ilmu memiliki sudut pandang yang berbeda dalam memandang sebuah masalah sehingga pengetahuan untuk menyelesaikan masalah juga semakin bertambah.
Selain Welin dan Yenita, ada pula seorang profesor di India yang memiliki 145 gelar akademik. Wah! Setidaknya, beberapa contoh ini membuktikan bahwa di dunia ini memang ada orang yang passionnya adalah belaja.
Mungkin banyak dari kita yang merasa malas-malasan menyelesaikan pendidikan. Meski yang kurang hanya tinggal skripsi doang. Ada yang alasannya karena sejak awal merasa salah jurusan, ada yang sudah bisa mencari uang lantas berpikir kalau ijazah nggak berguna juga, ada juga yang merasa pendidikan nggak terlalu penting. Memang ijazah dan transkrip nilai bukan satu-satunya indikator kualitas seseorang. Pun, di dunia kerja kedua hal itu bukan satu-satunya yang menentukan.
Namun, dengan menyelesaikannya dengan baik, bisa menjadi jalan untuk mulai mengejar mimpi yang sesungguhnya. Kamu bisa lebih fokus mengerjakan apa yang kamu suka, tanpa ganjalan lagi di belakang. Mau bekerja di perusahaan impian, membesarkan usaha yang sudah dimiliki, atau mau lanjut kuliah sampai dapat puluhan gelar seperti Welin? Kamu sendiri yang bisa menentukan. Karena gelar akademik bukan akhir, melainkan sebuah awal. Setuju ‘kan?