Tuberkulosis adalah infeksi sangat menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri TB memiliki karakteristik layaknya jenis bakteri pada umumnya, yaitu:
Mampu bertahan hidup di suhu rendah, antara 4 sampai minus 70 derajat Celcius pada waktu yang lama.
Kuman yang terpapar sinar ultraviolet secara langsung akan mati dalam beberapa menit.
Udara segar biasanya juga dapat membunuh bakteri dalam waktu singkat.
Bakteri akan mati dalam jangka waktu satu minggu jika terdapat di dalam dahak yang berada pada suhu di antara 30-37 derajat celcius.
Kuman bisa tidur dan tidak berkembang di dalam tubuh dalam waktu yang lama.
Ketika bakteri TBC masuk ke dalam tubuh Anda, bakteri belum tentu langsung berkembang menjadi penyakit. Dalam sebagian besar kasus, kuman akan tidur dan tidak berkembang dalam jangka waktu tertentu. Kondisi tersebut dinamakan dengan TB laten.
Bagaimana cara penularan bakteri TBC?
Mengetahui karakter bakteri penyebab TB juga membantu Anda memahami tempat-tempat yang berisiko. Dengan begitu, penularan TBC pun dapat diminimalisir.
Mycobacterium tuberculosis menyebar dari satu orang ke orang lainnya ketika penderita TB mengeluarkan dahak atau cairan liur dari mulutnya yang berisi kuman ini ke udara—misalnya saat batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bahkan tertawa.
Dilansir dari CDC, terdapat empat faktor utama yang menentukan kemungkinan penularan TBC:
Kerentanan seseorang, yang biasanya bergantung pada kondisi sistem kekebalan tubuhnya
Seberapa banyak droplet (percikan dahak) bakteri M. tuberculosis yang keluar dari tubuhnya
Faktor lingkungan yang dapat memengaruhi jumlah droplet serta kemampuan bertahan hidup bakteri M. tuberculosis di udara
Kedekatan, durasi, serta seberapa sering paparan seseorang terhadap bakteri M. tuberculosis di udara
Risiko penularan TBC akibat keempat faktor di atas akan semakin tinggi jika:
Kadar konsentrasi droplet nuklei: semakin banyak droplet yang terdapat di udara, semakin mudah bakteri TBC ditularkan.
Ruang: Paparan terhadap bakteri di ruangan kecil dan tertutup meningkatkan risiko penularan TBC.
Ventilasi: Potensi penularan TBC lebih besar jika terpapar di ruangan dengan ventilasi yang buruk (bakteri tidak dapat keluar ruangan).
Sirkulasi udara: sirkulasi udara yang buruk juga menyebabkan droplet bakteri dapat bertahan hidup di udara lebih lama.
Penanganan medis yang tidak tepat: prosedur medis tertentu dapat menyebabkan droplet bakteri menyebar dan meningkatkan risiko penularan TBC.
Tekanan udara: tekanan udara dalam keadaan tertentu dapat mengakibatkan bakteri M. tuberculosis menyebar ke tempat lain.
Penularan TBC
Menurut sebuah jurnal dari National Institute of Health tahun 2013, cara penularan TBC umumnya dapat terjadi ketika penderita berbicara selama kurang lebih 5 menit, atau batuk sekali saja. Dalam kurun waktu tersebut, droplet atau percikan dahak yang mengandung bakteri dapat terlepas dan bertahan di udara selama kurang lebih 30 menit.
Baca juga: Kenali Gejala TBC pada Anak
Penularan TBC terjadi ketika seseorang menghirup droplet yang mengandung bakteri M. tuberculosis. Bakteri tersebut kemudian akan masuk ke alveoli (kantung udara tempat perukaran oksigen dan karbondioksida). Sebagian besar bakteri akan dihancurkan oleh makrofag yang dihasilkan oleh sel darah putih.
Sisa bakteri yang ada dapat tertidur dan tidak berkembang di dalam alveoli. Kondisi ini yang dinamakan dengan TB laten. Saat bakteri tertidur, Anda tidak dapat menularkan bakteri TB ke orang lain.
Jika sistem kekebalan tubuh melemah, TB laten dapat berkembang menjadi penyakit TB aktif. Saat inilah bakteri akan menyebar ke bagian tubuh lainnya dan dapat menular ke orang lain.
Penting untuk Anda ketahui bahwa cara penularan TBC hanya terjadi melalui penyebaran di udara. Ini artinya, Anda tidak akan tertular hanya dengan menyentuh penderita yang mengidap penyakit ini.
Meski begitu, perlu Anda ketahui bahwa bakteri TBC tidak ditularkan lewat:
Makanan atau air
Melalui kontak kulit, seperti bersalaman atau berpelukan dengan penderita TBC
Duduk di kloset
Berbagi sikat gigi dengan penderita TBC
Mengenakan pakaian penderita TBC
Melalui aktivitas seksual
Lain lagi ceritanya jika Anda berdekatan dengan penderita dan tidak sengaja menghirup udara yang mengandung droplet dari tubuh penderita. Droplet tersebut dapat menyebar di udara ketika penderita bersin atau batuk, bahkan mungkin saat berbicara.
Sayangnya, stigma mengenai cara penularan penyakit TBC masih cukup tinggi di negara-negara berkembang, terutama yang masih belum mendapatkan edukasi mengenai TBC secara mendalam.
Akibatnya, banyak orang yang masih percaya bahwa penularan dapat terjadi melalui makanan, minuman, kontak kulit, atau bahkan keturunan.
Dilansir dari Central for Disease Control and Prevention, keterpaparan seseorang terhadap penularan bakteri TBC ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
Kedekatan atau jarak antara penderita dengan orang yang sehat: semakin dekat jarak kontak antara orang yang sehat dengan penderita, semakin besar peluang terinfeksi bakteri TBC.
Frekuensi atau seberapa sering Anda terpapar: semakin sering orang sehat berinteraksi dengan pasien, maka semakin berisiko tertular TBC.
Durasi atau seberapa lama paparan terjadi: semakin lama orang sehat berinteraksi dengan pasien, maka risiko penularan TBC semakin tinggi.
Oleh karena itu, Anda perlu mewaspadai jika berinteraksi dengan orang yang menunjukkan gejala TBC seperti:
Batuk terus-menerus (selama lebih dari 3 minggu).
Sesak napas
Sering berkeringat di malam hari
Bagi penderita TB paru aktif, Anda bisa membuat orang sehat jadi lebih berisiko tertular jika:
Tidak menutup hidung dan mulut saat sedang batuk.
Tidak menjalani pengobatan TBC dengan tepat, misalnya tidak sesuai dosis atau berhenti sebelum habis.
Menjalani prosedur medis seperti bronkoskopi, induksi dahak, atau menerima obat-obatan aerosol.
Adanya kelainan saat dicek dengan radiografi dada.
Hasil pemeriksaan TBC yaitu kultur dahak menunjukkan adanya bakteri M. tuberculosis.